Pagaralam, puncaknya Sumatera Selatan.
Hal-hal yang muncul di otakku ketika disebutkan kata 'Pagaralam':
Gunung, Kebun Teh, Dingin, Wisata
Ya. Gunung, Teh, Dingin, dan Wisata.
Keempat kata itu yang bisa kusebutkan untuk mewakili kota Pagaralam.
Jika ingin menikmati dinginnya dan hijaunya hamparan kebun teh ala Puncak, Bogor di Sumatera Selatan maka Pagaralam lah tempatnya.
Jika kuingat lagi, sebagai warga Sumsel, aku belum pernah ke Pagaralam sampai akhirnya aku menikah.
Qadarullah, suamiku lahir di Pagaralam. Ayahnya memang orang Pagaralam.
Pertama kali aku menginjakkan kaki ke Pagaralam adalah ketika aku sedang mengandung anak pertamaku. Usia kandunganku saat itu sudah enam bulan.
Keperluan kami ke sana saat itu adalah menghadiri undangan pernikahan kerabat. Berhubung ada waktu dan kesempatannya, ditambah memang kami lah yang domisilinya lebih dekat ke Pagaralam, akhirnya kami berangkat.
Jangan tanya bagaimana perasaanku saat itu.
Aku saaangaaat antusias. Tentu saja karena akhirnya aku akan sampai ke Pagaralam. Hihihii.
Waktu itu kami tidak sempat menginap. Kami hanya menghadiri undangan dan kemudian pulang di sore harinya. Belum sempat aku berkunjung ke bawah kaki Gunung Dempo untuk melihat hamparan teh di sana.
Nah, sejak perjalanan pertama kali ke Pagaralam tahun 2017 lalu, aku pun menjadi lumayan sering ke Pagaralam bersama suami dan anak-anak.
Green Energy di Pagaralam
Tahukah kamu?
Pagaralam adalah kota terluas di Sumatera Selatan. Nama Pagaralam sendiri sebenarnya menunjukan bahwa kota ini dipagari oleh alam, yaitu hamparan Bukit Barisan yang mengelilinginya.
Selain sebagai Puncak-nya Sumsel, pagaralam juga memiliki julukan lain, loooh.
Ada yang tahu kah?
Kalau kalian sempat baca tuliskanku tentang Festival Energi Sumsel kemarin, kalian pasti tahu jawabannya.
Tepatnya pada Januari 2022 lalu, Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. Joko Widodo memberikan julukan sebagai Kota Nol Emisi kepada Kota Pagaralam.
Hal tersebut merupakan bentuk apresiasi beliau terhadap pengembangan energi hijau di Pagaralam.
Bahkan jika kalian lihat pemberitaan di detik dot com, Pagaralam disebut sebagai satu-satunya kota yang memanfaatkan EBT 100%.
Energi Baru Terbarukan (EBT)
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Sumatera Selatan didukung penuh oleh Gubernur Sumsel, telah sukses mengembangkan Pagaralam dalam hal pemanfaatan EBT. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Gubernur yaitu Sumsel Maju untuk Semua.
Pembangkit Listrik Tenaga Hidro, Pagaralam, |
Energi Baru Terbarukan atau disingkat EBT adalah alternatif dari sumber energi tak terbarukan yang selama ini kita gunakan. Seperti penggunaan batubara yang merupakan bentukan fosil, adalah salah satu contoh sumber energi tak terbarukan.
Lama kelamaan energi tak terbarukan akan habis jua. Sumber energi tersebut dari sumber yang terbatas jumlahnya serta tidak dapat serta merta terus ada. Sebenarnya, pengerukan yang terjadi dan penggunaan energi tak terbarukan ini menghasilkan banyak hal negatif. Seperti efek rumah kaca, serta terjadinya perubahan iklim secara ekstrim dan pemanasan global.
Jika saat ini kita masih sangat bergantung dengan sumber energi tak terbarukan itu, Kota Pagaralam sudah lebih maju dengan memanfaatkan sumber energi baru terbarukan (EBT) menggunakan pembangkit listrik tenaga hidro atau disebut juga Green Energy.
Secara khusus, Dinas ESDM Provinsi Sumsel juga diharapkan dapat berbagi praktik baik ini dan menjadi contoh bagi kota lain di Sumsel agar kelak dapat merasakan hasil pemanfaatan EBT ini.
Semoga seluruh wilayah Sumsel dapat mengurahi emisi atau bahkan nol emisi seperti Pagaralam dan menjadi kota yang lebih sehat!
Semoga terwujud ya. Aaaamiiin.